Penyebab timing belt putus

Timing belt merupakan komponen penting yang ada di mesin mobil. Timing belt berfungsi untuk menyeiramakan putaran crankshaft dengan waktu terbuka dan tertutupnya valve intake dan exhaust. Dalam penggunaannya, timing belt memiliki umur dan usia pakai. Ia wajib diganti jika sudah memasuki waktu jarak tempuh penggunaan.

Umumnya, timing belt diganti pada waktu yang cukup lama mulai dari 4 tahun sampai 6 tahun sekali sehingga tak jarang banyak orang yang lupa akan jadwal penggantian timing belt. Melupakan jadwal penggantian timing belt bisa berakibat fatal karena timing belt akan putus dan menyebabkan kerusakan parah di mesin.

Timing belt merupakan komponen penting yang ada di mesin mobil Penyebab timing belt putus

Ya, timing belt yang putus akan mengakibatkan mesin mengalami kerusakan parah, bahkan anda perlu untuk menginapkan mobil di bengkel untuk waktu yang tidak sebentar ditambah biaya perbaikan yang cukup mahal.

Oleh karena itu, ada baiknya bagi kita untuk mengantisipasi sedini mungkin agar timing belt di mobil tidak putus. Berikut ini adalah beberapa penyebab timing belt putus yang kerap terjadi...


1. Melebihi batas beban kerja mesin


Penyebab timing belt putus yang pertama adalah akibat penggunaannya yang melebihi batas beban kerja mesin. Ya, mesin mobil juga memiliki beban kerja mesin yang harus dijaga agar mesin tetap awet. Ketika penggunaan mesin melebihi beban kerja, maka mesin akan cepat rusak, salah satu contohnya adalah timing belt putus.

Berikut beberapa penggunaan mesin yang kerap melebihi beban kerja dan juga sering terjadi
  • Mobil digunakan untuk mengangkut beban berat di area kerja off road dan digunakan terus menerus tanpa henti.
  • Mesin digeber di putaran rpm yang tinggi (mendekati batas merah pada rpm atau melampauinya) secara terus menerus.

Kedua hal diatas, merupakan contoh penggunaan mobil yang melebihi batas beban kerja mesin. Apalagi, mengingat suhu dan temperatur iklim di Indonesia yang tergolong panas, menyebabkan daya tahan timing belt di mesin menjadi berkurang.

Penggunan timing belt yang melebihi batas beban kerja mesin seperti diatas tentunya, akan membuat timing belt menjadi cepat getas (akibat panas) yang efeknya akan membuat timing belt menjadi retak-retak, longgar, hingga putus.


2. Melebihi jarak tempuh dan batas waktu penggantian timing belt


Selain melebihi batas beban kerja mesin, penyebab timing belt putus yang berikutnya dan sering terjadi adalah akibat melebihi jarak tempuh dan batas waktu penggantian timing belt yang sudah direkomendasikan di buku panduan pemilik (owner's manual book).

Secara umum, pihak pabrikan kerap merekomendasikan penggantian timing belt di tiap 100.000 km (untuk keamanan, pastikan kembali kilometer yang direkomendasikan untuk mobil anda pada buku manual pemilik kendaraan).

Jika dalam penggunaannya timing belt dipaksa dan digunakan melebihi 100.000 km atau melebihi jarak yang direkomendasikan pada buku manual pemilik kendaraan, maka kemungkinan timing belt putus sangatlah besar.

Ada baiknya untuk memeriksakan kondisi timing belt setiap 20.000 km sekali. Jika terlihat tanda-tanda timing belt mulai retak-retak, keras, getas atau bahkan mulai rusak, maka anda bisa segera menggantinya sebelum terjadi kerusakan yang lebih parah akibat timing belt putus.

3. Kesalahan saat pemasangan


Penyebab timing belt putus selanjutnya adalah akibat adanya kesalahan saat pemasangan timing belt. Pemasangan timing belt haruslah benar-benar tepat dan hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang sudah terlatih dan kompeten.

Berikut beberapa kesalahan pemasangan yang pernah ombro ketahui dan mengakibatkan putus timing belt:
  • Timing belt dipasang terlalu kencang atau terlalu kendor sehingga tidak kuat menahan beban putaran mesin
  • Flange timing gear dekat timing belt bengkok sehingga menggerus sebagian timing belt dan membuat timing belt putus.
  • Timing belt tidak diganti satu set sehingga beberapa komponen lainnya yang sering tidak diganti (seperti bearing pulley dan auto tensioner) tiba-tiba rusak di lain waktu, sehingga mengakibatkan timing belt putus.

Kesalahan saat pemasangan timing belt seperti yang ombro sampaikan diatas bisa mengakibatkan timing belt putus. Oleh karena itu, selalu lakukan penggantian timing belt secara satu set dan gantilah di bengkel resmi atau pada bengkel umum yang memang sudah dipercaya keahliannya.

Baca juga :


4. Terpapar oli


Penyebab timing belt putus berikutnya adalah akibat timing belt terpapar oli. Penyebab timing belt terpapar oli ini umumnya akibat seal oli yang ada dibagian front engine (dekat timing belt) mengalami kebocoran oli. Padahal, timing belt merupakan salah satu komponen mesin yang tidak boleh terpapar oleh oli.

Ya, hal ini dikarenakan timing belt dibuat dari bahan dasar karet yang sudah diperkuat oleh lapisan benang di dalamnya. Jika karet timing belt ini terpapar oli, maka lambat laun karet timing belt akan menjadi getas dan mudah putus. Oleh karena itu, jika timing belt di mesin sudah terpapar oleh oli mesin sebaiknya lakukan segera perbaikan kebocoran oli dan lakukan penggantian timing belt dengan yang baru.


5. Menggunakan timing belt palsu


Hal terakhir yang bisa menjadi penyebab timing belt putus adalah penggunaan timing belt palsu. Ya, hampir seluruh komponen kendaraan yang berdaya jual tinggi kerap dipalsukan. Salah satunya adalah timing belt.

Secara sepintas, memang cukup sulit membedakan antara timing belt palsu dengan timing belt yang asli (genuine part). Namun begitu, kualitas barang tentu tidak dapat dibohongi, termasuk daya tahan selama digunakan.

Timing belt palsu memiliki kualitas bahan yang jauh lebih rendah dibanding timing belt asli sehingga dalam penggunaannya timing belt palsu lebih cepat putus, padahal jarak tempuh penggunaan timing belt masih sedikit.

Oleh karena itu, selalu beli timing belt dari bengkel resmi yang terpercaya agar terhindar dari penggunaan timing belt palsu yang bisa menyebabkan putus dan menimbulkan banyak kerugian.